Menghadap jalanan kota
palembang disiang hari emang bikin suntuk. Debu-debu dan asap kotor beterbangan
udah kayak jomblo-jomblo yang hidupnya keras dan tak tahu arah jalan pulang
sehingga mengganggu khalayak banyak. Padahal, keberadaan gue disalah satu sisi
kota ini juga mengganggu bener,mungkin untuk segelintir kalangan.
Saat ini gue habis
jalan sama salah satu sahabat gue, her name’s fitri. Kita bertemu dalam suatu
pertemuan tak terduga. Siang itu gue lagi ngadem di Kfc Palembang Square.
Menghabiskan satu porsi super besar supaya nggak makan dua kali. Fitri lagi di
Only Rice PSX, makan bersama temen-temennya yang katanya lagi ulang tahun. Lalu
kami saling bertanya dan akhirnya bisa jalan bareng.
fitri, dia salah satu
wanita beruntung yang bisa jadi sahabat gue. Caileh. Sulit buat gue untuk
berteman dengan wanita. karena menurut gue wanita itu seharusnya dicintai, Bukan
buat dijadiin temen. Gue mengenalnya pertama kali diakun sosial facebook , itu
pada tahun 2009-an. Setelah hanya berteman dijejaring, bertukar kabar di sms
dan telepon. akhirnya pada suatu kesempatan tak terduga gue bertemu langsung
dengan fitri. Siang itu dibulan september 2011di salah satu perguruan tinggi
dikota palembang, ada sosok wanita yang menyapa gue.
“wira!” panggil seorang
cewek
Gue kaget dan langsung menoleh kearah yang
berlawanan, gak ada siapa-siapa. Tiba-tiba dia muncul didepan gue.
“halo wira, lu daftar
kesini juga ya?”
Oh fitri, seru gue
sambil kaget.
“Kok gak pake jilbab?”
tanya gue lagi. Secara, fitri salah satu wanita jilbaber juga.
Lalu fitri menjelaskan mengapa ia enggak memakai jilbab
yang kaitannya sama proses regristrasi pendaftaran untuk kuliah disitu.
Selesai dari
pendaftaran, gue makan siang sama fitri dan bertukar cerita dalam konteks yang
live. Nggak via jejaring ataupun media hape. Gue akui,untuk bicara pada wanita
yang baru dikenal itu kaku , canggung , dan jaim. Tapi saat bersama fitri, gue
tetep jadi orang seperti bagaimana gue. Gue berbicara lepas dan bener-bener so
comfortable. Gile, ini anak auranya menyeramkan bener. Mungkin chemistry
persahabatan kami udah mulai kebangun saat itu.
Hari terus berganti dan
masing-masing dari kami udah punya tempat kuliah sekarang. Enggak seperti
sahabatan yang sesama jenis, maka kami pun seperti itu. Untuk menghindari kejaran
wartawan, maksud gue, untuk menghindari isu-isu yang tidak diinginkan, gue dan
fitri juga susah buat sekedar jalan ataupun hang-out bareng. Sampai saat ini
mungkin kita hanya sesekali menyempatkan
waktu buat kumpul.
Sambil menyeruput ice capucino ditengah cuaca yang panasnya naudzubillah ini, gue teringat pada
kejadian 7 oktober 2011 lalu. Saat itu, gue nemenin fitri kerumah salah satu
cowok gebetannya. Yang katanya hari itu lagi berulang tahun. Disuatu daerah
dikota palembang yang bernama pakjo, kami pun memulai petualangan. Ada-ada saja
rencana Tuhan ngebuat hari itu full comedy. Gue yang bener-bener masih buta
untuk jalan dipakjo, memutuskan untuk bertanya pada penduduk sekitar. kami
bertanya pada orang yang salah. Kami nyasar dan bener-bener ngacak jalan. Gue
dan fitri sepakat buat ngasih sumpah serapah buat penduduk yang saat itu ngasih
alamat palsunya ayu ting-ting. Bukan, maksud gue salah alamat. Gue jadi susah
fokus kalo ngomongin ayu ting-ting. Bukannya dia udah gak ting-ting lagi? Apa
dia udah cerai sekarang? Bayinya pake pampers ukuran berapa? Ah, itu urusan dia
Setelah sekian jam
ngubek jalan, gue dan fitri pun sampai dialamat yang diinginkan. Satu hal yang
gue gak habis fikir tentang cewek. Saat itu sebelum sampai dirumah sang cowok,
fitri menadahkan tangannya kelangit, berharap bahwa cowok idamannya gak ada
dirumah. Tanpa fitri sadari bahwa tingkahnya saat itu lebih mirip nenek-nenek
jompo yang lagi nunggu sajen di traffic light Fly over polda. Kalau dia
kepingin dateng? Terus ngapain dia takut buat ketemu itu cowok? Tanya gue dalam
hati
Fitri memang bernasib
baik. Bukan pilihan yang salah saat dia memutuskan buat pergi sama gue hari
itu. Keberuntungan gue kecipratan ke dia . doa fitri bener-bener terkabul. pria
pujaan hatinya nggak ada rumahnya. fitri pun menitipkan sesuatu yang dibawanya
pada adik si cowok itu. Lalu kami pulang.
Diajalan pulang, gue
bercanda ringan..
“Oh lu ngasih cowok itu
kado pid, padahal kemaren gue ulang tahun loh”
Fitri menjawab
“ haha sori wira tapi
kado buat lu juga udah gue siapin, Tapi belum gue bawa hari ini. Sabar ya, gue
tahu kok kalo elu kemarin ulang tahun”
Mendengar itu,
sebetulnya gue cuma bercanda dan gak ada maksud apa-apa. Tapi setelah mendengar
itu semua, gue kegirangan karena bakal dapet kado!
gini ya rasanya punya
sahabat cewek, gue lanjut tersenyum
saat itu harusnya
giliran gue yang mentraktir dia makan. Secara, gue baru ultah sehari yang lalu.
Namun dengan dingin dia bilang ke gue kalo dia aja yang nraktir gue hari itu.
Gue sempet bingung, tapi akhirnya sadar juga. Sedikit banyak, fitri ngajarin
gue gimana jadi manusia.
Beberapa hari selang
waktu itu, fitri bilang ke gue kalo sore itu dia nunggu diapotik tempat dia
biasa kerja sambilan. Dia pengen ngasih kado yang pengen dia berikan beberapa
hari lalu. Namun karena saat itu gue sibuk kuliah, gue baru punya waktu dimalam
hari. Tanpa buang waktu, malem itu gue keapotik dan rekan kerjanya memberikan
titipan dari fitri. Rekannya bertanya,
“cowok fitri ya mas”?
“NO” jawab gue.
“ Dia temen gue sejak
orok”
Kita sering banget
telponan dan sms-an. Tapi ada satu titik dimana gue kagum sama diri gue dan
juga sama fitri. Soal apakah itu? Ternyata,
gue berhasil untuk tidak melihatnya sebagai wanita yang gue sukai. Logikanya,
siapa yang nggak bisa suka sama fitri? Anak baik-baik, apa
adanya dan comfortable gitu pasti akan ada banyak sekali yang ngantri
buat jadi pacar dia. Namun yang terlihat bagi
kami, kami tetap nyaman dengan status persahabatan ini. Gue bisa ceritain apa
aja yang pengen gue ceritain, dan fitripun begitu. gue juga bersyukur tidak
pernah sekalipun merasakan hal ‘lain’ saat gue bersama dia. Karena gue tahu,
fitri juga melihat gue sebagai salah satu sahabatnya.
Dalam obrolan kami
tentang cowok dan cewek pun, kami bercerita mengenai siapa yang dekat sama dia
saat itu dan siapa yang dekat sama gue saat itu.
Tahun-tahun pun berlalu,
Langit nunjukin tahun 2013
Siapa sangka fitri
malah pacaran sama orang lain, bukan sama cowok yang waktu itu kita datengin
rumahnya buat sekedar memberikan kado. Gue pribadi seneng banget saat sahabat
gue itu punya pacar, karena pada saat itu gue juga masih sendiri. Dalam suatu
kesempatan, gue bertemu dengan fitri dan pacarnya. Namanya vatra. Siang itu gue
melihatnya dari kejauhan bahwa fitri dan vatra ada di apotik tempat kerja
fitri. Fitri yang melihat gue pun melambai ke gue. Langsung gue arahkan motor
ke arah apotik. Gue dikenalin sama vatra. Gue setuju fitri pacaran sama cowok
yang kayaknya anak baek-baek. Kontras banget sama potret diri gue.
Lepas dari semua
kejadian, sangat disayangkan sahabat gue yang satu itu harus LDR sama pacarnya.
Untuk beberapa saat kita saling menelepon dan membahas tentang asam manisnya
pacaran LDR. Satu hal yang dapat gue simpulkan. Vatra beruntung memilih cewek
setia kayak fitri dan Fitri pun beruntung mendapatkan cowok sesabar vatra.
Sungguh pasangan yang membuat iri orang banyak.
Kembali kehari ini,
setelah sekian lama nggak jalan sama fitri akhirnya kita berdua jalan bareng
lagi. Kita nonton di XXI PS Mall. Berawal dari kebetulan yang gak pernah kita
duga sebelumnya. Gue lagi makan di KFC dan dia lagi makan di Only Rice. Lalu
kita pun jalan bareng lagi. Walau masing-masing dari kita udah punya pacar
sekarang, tentu nggak ada masalah buat kita untuk terus kayak gini.
Gue tidak menulis
cerita ini didepan sobat gue itu, karena dia udah keburu pulang duluan. Kalian
mungkin tertawa saat ini. Haha gue juga jadi kepingin ketawa. Fitri bete sama
gue karena beberapa kali saat jalan tadi gue sempet-sempetin buat nge-take
wajah memalukan yang selalu dia tunjukkin kalo lagi sama-sama. Alhasil diapun
kesel dan gue Cuma bisa ngakak. Bahkan saat kita lagi duduk di cafe buat
sekedar minum ice capuccino siang itu, kita jadi tontonan orang-orang disekitar
karena terlibat rebutan hape. Keributan
kecil itu baru selesai saat fitri mengalah dan pasang muka bete diiringi
anceman untuk langsung pulang. Dia pun pulang karena kesel, dan gue pun ketawa
karena sukses bikin dia kesel.Tentu saja kesel-keselan itu nggak serius dan
setelah ninggalin cafe itu, dia masih nyempetin buat sms gue walaupun dia lagi
nyetir.
“Thanks for the treat
ya bang”
Nggak terasa hirupan ice
capuccino ini udah menyentuh tetesan terakhir. Saat itu perut gue udah kembung
banget karena gue minum ice capuccino itu dalam porsi untuk 2orang. Fitri udah
keburu balik sebelum pesenan kita datang, but this is no problem. Hirupan
terakhir ini, gue ngerasa pahit manis dari secangkir ice capuccino. Mirip sama
kehidupan kita semua yang gak pernah akan selalu manis. Namun, karena kita
hidup nggak sendiri, kita punya keluarga , kita punya sahabat, dan kita punya
kekasih hati, gue kira nggak ada lagi yang perlu kita cari buat jadi pelengkap
hidup yang udah terlalu lengkap ini. Semua udah cukup dan sesuai porsinya.
Dari segelintir
rangkaian kehidupan, akan ada yang namanya persahabatan dan cinta. Ya ,sebuah cerita
dengan judul yang masuk akal jika dibandingkan dengan judul-judul
film FTV yang biasa kita tonton. Persahabatan dan cinta, kita mungkin bisa buat
cerita bagus dengan sepenggal kalimat diatas. Dengan pemeran utamanya, ya kita
sendiri.